Entri Populer

Minggu, 05 Juni 2011

...Hanya Sebuah Cerita...

Awan gelap menghiasi langit siang ini. Matahari pun enggan menampakkan sinarnya yang berkilau. Burung-burung yang biasanya terbang kesana kemari juga tak kelihatan kepakkan sayapnya. Kilat disertai suara gemuruh bersahut-sahutan meramaikan alam semesta. Rintik hujan sedikit demi sedikit turun dari singgasananya menyapu sepanjang jalan yang berdebu. Ku tengok jam yang bertengger di dinding kamarku, sudah menunjukkan pukul 12.30. Teringat, hari ini aku ada agenda. Selepas sholat Dzuhur, aku siap-siap buat berangkat ke syuro perdana FORMAN. Loose leaf, mushaf kecil, alat tulis, hand sanitizer, tissue basah, flashdisk, charger hp memenuhi isi tasku. Tas ratu judi kata teman-teman PA ku, coz gambar tasnya kartu remi. Ada AS, wajik, keriting, waru. Hohohooo, terserahlah mau dikata apa. Toh aku tak seperti apa yang mereka katakan. Inilah yang biasa menemani perjalananku, kadang juga bawa novel dan parfum. Maklum, aku termasuk tipe orang yang ga pede dengan bau badan. Apalagi beraktivitas seharian diluar, tentunya pakaian yang udah dipake dari pagi, udah menyerbakkan bau yang berbeda. Buku? Itu andalan ku ketika menunggu orang yang tak kunjung datang ataupun mengisi waktu luang. Habis mau ngegame lewat hp, ga mungkin coz hp nya cepet banget mati. Haduuuw, cuaca diluar membuatku malas untuk keluar. Mau ujan, enakkan dikost, tidur sambil dengerin nasyid lewat lapblue (sebutan laptopku yang berwarna biru) ataupun baca buku sambil ngemil. Ooohh, kenyamanan kamarku melenakan diriku, memupus semangatku beraktivitas. Kriiing....kriiingg.... suara hp membuyarkan lamunanku. Ku tengok hp yang masih terpasang kabel charger diatas lemari. Meskipun fiturnya udah ketinggalan jaman dan bodynya yang gede (bisa buat nimpuk anjing, heee...), tapi lumayan membantu menemani aktivitasku beberapa tahun ini. Yang penting masih bisa buat sms, ataupun telepon. 1 received message. Ku tekan tombol open, dan muncullah beberapa baris kalimat. Ga ada 1 karakter. ”Deru hujan badai, tak surutkan langkahmu... ayo, ukhty let’s move. Segera rapatkan barisan ke SyuPer FORMAN@Basecamp UMI, skrg jg. Hamazah!! ^_^. Dari ibu ratu univ, ukhty Maura. Adaaa aja nashrulloh, ketika seseorang males, ehhh dateng tuh pengingat, motivasi dari arah yang ga disangka-sangka. Oke2, smangat2x Sarah!! Aku mencoba menyemangati diriku yang sempat berpikiran untuk bolos dari syuro. Bismillah...!

Rok kotak-kotak hitam, disertai t-shirt hitam dengan jilbab yang juga hitam menjadi pilihan pakaian ku hari ini. Lengkaplah penampilanku dari atas sampai bawah item-item. Tas pun dominan hitam. Bukan berarti aku orang aliran yang itu tuch. Kebetulan aja suka yang gelap-gelap. Dan ini sisa yang ada dilemari, maklum musim ujan, stock baju abis, heee. Tangan kanan berhiaskan jam tangan dolphin, kado dari sahabat ku di Jakarta, sedangkan tangan kiriku menggenggam hape. Kalo ditaro di dalem tas, takut ga kedengeran seandainya ada sms atau telpon masuk. Lumayan juga hape ditangan, buat mainan sepanjang perjalanan. Kalo ketemu anjing yang iseng bisa buat nimpuk. Hoooo...

Sebelum berangkat, biasa lah cek jemuran, matiin lampu, sama ngunci pintu. Lagi pada mudik, jadi hanya tinggal diriku yang dikos. Semuanya sudah oke, aku pun segera bergegas keluar kost. Upz, intip cermin dulu. Benahi jilbab dan sroooot, nyemprotin parfum ke baju biar wangi.

Hujan diluar mulai reda, matahari yang tadi masih malu-malu sudah mulai menampakkan dirinya, burung-burung sudah mulai keluar dari kandangnya, orang-orang juga mulai beraktivitas kembali. Pedagang-pedagang yang tadi sempat menutup warungnya, mulai membereskan dagangannya, air yang menggenangi juga mulai disapu. Apapun yang Allloh berikan ke kita, mestinya harus kita syukuri. Hujan atau panas, pasti punya hikmahnya.

Selangkah demi selangkah ku susuri jalan yang naik turun, gang demi gang sampai ketemu jalan besar. Orang-orang berlalu lalang. Ada yang menjajakan dagangannya, ada yang mau berangkat kuliah, ataupun menunggu angkot yang tak kunjung datang. Masing-masing sibuk dengan aktivitasnya. Genangan air menghiasi jalan-jalan yang berlubang. Tak sedikit pejalan kaki yang terkena cipratan air dari para pengendara motor ataupun mobil yang memakai jalan. Wush.... priiiit... Oooh no, aku pun tak ketinggalan menjadi korban para pengendara yang tak bersahabat. Apes. Kaos kaki, rok, baju tak luput terkena cipratan kubangan air. Haduh haduh.... tapi untunglah pakaianku dari atas ampe bawah berwarna gelap, jadi ga terlalu terlihat. Tapi tetep aja, kotor, basah. Semoga tidak masuk angin aja..

Tak terasa, sudah hampir sampai. Masih ada waktu. Aku sempatkan untuk mampir sebentar di warung snack kiloan. Membeli beberapa ons snack buat teman syuro. Sale pisang, kripik singkong, dan kacang polong menjadi pilihanku. Oke, sudah cukup.

12.54 aku sampai di TKP. In time dari jadwal yang diundang. Masih sisa enam menit, aku gunakan untuk membenahi pakaianku yang carut marut, cuci kaki dulu biar ga gatel. Masjid Istiqomah ketika itu sedang ramai-ramainya. Buat berteduh dari ujan, ataupun orang-orang yang juga mau syuro disana. Yapz, masjid ini merupakan markas besar aktivis LDK. Kalo mau ketemu aktivis univ, ya disini nich tempatnya.

Hape kembali ku buka, mencari-cari sms undangan syuro. Lupa tempatnya dimana. Sebelum sempat ku temukan sms nya, ternyata didepanku sudah ada bu ratu yang duduk sendirian sambil khusyu’ membaca ayat-ayat cinta Alloh. Subhanalloh, kataku dalam hati. Ini nich yang bener2 bu nisaa’, ga kaya aku yang celelean.

“Assalamu’alaykum, sapaku kepada beliau.” “Wa’alaykumsalam wr.wb, jawab ukhty Maura yang langsung menghentikan bacaannya karena mendengar suaraku. Sendirian ukh? (agak kaku juga aku memanggil dengan sebutan ukh, tapi yach dicoba dech) Yang lain mana?? Tanyaku padanya. Eeh, ukh Sarah, iya nich masih sendirian. Yang lain pada izin telat pada kejebak ujan, beberapa juga ga bisa dateng coz pada kuliah. Ooooh, gtu. Oke2x. Timpalku. Bentar ya ukh, nie di ikhwan katanya baru satu orang. Uuuuhhh, Lagi-lagi ikhwan telat. Ga indibath!! sungutku dalam hati. Nanti kita buat kontrak forum ukh, yang telat ga syar’i ada iqobnya!! Usulku dengan nada yang agak tinggi. Untung bu ratu tipikel orang yang lembut, yang bisa menetralisir kalo akunya bernada tinggi, dia dengan lembutnya menimpali.

Akhirnya pukul 13.20 syuro dimulai. Lewat dari rencana yang disepakati 20 menit. Payah2x, kalau forum yang isinya adalah para pemimpin fakultas kaya gini, gimana nanti yang dibawah-bawahnya?? Telatan, ga disiplin. Ruangan yang cukup luas, dengan dinding berhiaskan kaligrafi, struktur pengurus, juga jam dinding yang mati (baterainya perlu diganti tuch), juga karpet hijau yang terbentang. Agak kotor. Mungkin sudah lama dipakai, jadi lumayan bersejarah pula. Hijab yang terpasang juga beberapa bermotifkan tinta spidol maupun coretan pulpen. (mungkin waktu syuro dulu, ga ada whiteboard, atau saking kreatifnya aktivis jaman baheula, heee). Disinilah tempat kita selama 2 jam kedepan menelurkan kebijakan yang akan diturunkan ke fakultas. Seperti biasa, tidak berbeda dengan syuro-syuro lain yang pernah ku ikuti. Dibuka dengan basmalah, tilawah, tausiyah, dan ta’aruf. Kan syuro perdana, jadi tak kenal maka ta’arufan. Alhamdulillah, seiring waktu berjalan, makin lama, personil syuro bertambah, memenuhi ruangan. Karena ini syuro perdana, jadi belum di pj kan siapa yang tausiyah. Ukhty Maura mempersilahkan aku untuk beberapa menit kedepan memberikan tausiyah atupun tadzkiroh. Bismillah, aku terima tawaran tersebut. Dan otomatis, aku menyampaikan apa yang menjadi unegh-uneghku hari ini, yang intinya banyak sindiran yang aku lontarkan dalam tausiyahku. Indibath!! Orang yang diseberang hijab pun ramai, berdehem-dehem, pura-pura batuk. (merasa tersindir kali, ’afwan ikhwah fillah). Lumayan, aku bisa sedikit lega sudah bisa meluapkan perasaanku. Semoga bisa menjadi pengingatan dan koreksi pada diri kita yang berada di tataran mas’ul mas’ulah. Forum berjalan sangat dinamis, pasca ta’aruf, pembicaraan mulai hangat memikirkan mau dibawa kemana LDK, jangka pendek maupun jangka panjang apa yang akan kita lakukan?? Masing-masing mengeluarkan idenya. Semua berkontribusi aktif. Wajar saja, ini forum mas’ul mas’ulah. Tapi ga dimana-mana, akhwat itu senjata andalannya diem. Ga terlalu banyak omong. Tapi kalo makan sanck, jalan teruuuss. Heee. Jadi, yang menguasai forum yaa para ikhwan. Hauw, ukhtifillah, jangan pendam suara emasmu... Syuro pun terpaksa dihentikan, bersamaan dengan snack yang sudah habis dan lantunan adzan Ashar yang berkumandang dari masjid yang masih dalam proses renovasi. Menggantung, masing-masing masih bertahan dengan pendapatnya. Akhirnya dipending sampai syuro selanjutnya. Tapi, Subhanalloh, beginilah kalau para pemimpin dikumpulkan dalam satu forum. Semoga menghasilkan karya terbaik.

Selepas Ashar berjama’ah, aku beserta ibu-ibu ratu fakultas sedikit bergosip ria. ”Ukh , aku tuh sebel banget sama si akh’Bumi, dia tuh keras kepala banget, apa yang dia usulkan pokoknya harus disepakati forum. Aku tuh jenuh banget satu forum terus sama dia. Ibarat kata, aku air dia minyak, ga bakal ketemu.” keluh Ukhty Nungki. Lain lagi cerita Ukh Acha. ”Ukh, piye ki, partnerku ga terlalu paham kalo diajak mikir ini itu. Kalo syuro sering banget ga dateng. Ngerjain tugaslah, ga boleh keluar sama orang tua. Duuuh, anak mami banget. Coba, gimana ga mumet aku, sing mas’ulnya koyo ngono, gimana bawahannya?? Haaa, aku hanya bisa senyam-senyum mendengarkan cerita teman-temanku. Semua mata tertuju padaku, ingin mendengar cerita dari ku juga ternyata. Mungkin mereka lihat aku dan partnerku baik-baik saja. Senyumku mulai terhenti. Hmmm, kalau aku sendiri, temen-temen bisa liatlah, partnerku itu seperti apa. Yaaa, perfectionis, idealis. Apa-apa tuch pengennya terstruktur, rapi, dan indibathnya emang patut dicontoh. Aduuuh, beda banget sama aku yang orangnya simple, ga mau repot, telatan, pecicilan, dan celelean. Maklum anak PA yang tersesat dikerumunan orang baik-baik. Yach, tapi mungkin kondisiku lebih baik dibandingkan teman-teman semua. Tinggal bagaimana aku yang menyesuaikan dengan partnerku yang sudah baik..

Obrolan ngalor-ngidul ibu-ibu ratu yang darisana banyak cerita yang kadang pernah aku rasakan ketika berpartner dengan ikhwan. Kadang jengkel, kadang jenuh, kadang menyenangkan. Itulah asam manis jadi anggota majlis syuro wa dauroh. Heee... btw, ikhwan-ikhwan suka ngobrolin akhwat ga ya?? Mengeluhkan partnernya?? Huemmm... biarkan menjadi cerita diantara mereka..

Upz, kalo udah ngobrol emang ga tau waktu. Ternyata waktu sudah menginjak pukul 17.00. Cuaca diluar juga sudah mulai gelap. Orang-orang yang tadi meramaikan masjid, juga satu per satu mulai pergi. Takut kemalaman sampai dirumah, takut kehabisan angkot ataupun bis. Aku pun juga tidak istiqomah berada di masjid. Pengen cepet-cepet sampai kost, mandi, dan tentunya makan, karena siang tadi aku tak sempat untuk mengisi perutku. Alhamdulillah, hari yang penuh dengan hikmah. Penuh dengan makna kehidupan. Bertemu dengan saudari-saudari yang hebat. Indahnya ukhuwah. Semoga aku bisa mencontoh semangat mereka dalam menjalani amanah ini. Smangat sampai tamat, Sarah!!!

Selasa, 17 Mei 2011

LAWU – Puncak Perdana Jejak Langkah Kakiku

Disaat teman-teman saya menikmati liburan semester genap dengan mudik, berkumpul dengan sanak keluarga, saya memanfaatkan liburan yang cukup panjang dengan melakukan pendakian ke gunung Lawu. Saat liburan tersebut, saya memang sedang menjalani rangkaian DIKTAP (Pendidikan dan Pemantapan) sebagai salah satu syarat menjadi anggota penuh MEPA-UNS, dan salah satu rangkaian kegiatan DIKTAP Divisi Hutan Gunung yaitu melakukan pendakian ke gunung Lawu. Kami memutuskan ke Lawu karena jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh, transportasi menuju lokasi pun cukup mudah dan biaya yang terjangkau. Rencana mendaki Lawu dan persiapannya tidak membutuhkan banyak waktu, cukup 2 hari itu pun karena peralatan sudah tersedia di gudang, hanya tinggal mengecek peralatan dan logistik yang kan dibeli Sebelumnya kami melakukan latihan fisik agar tidak kaget ketika melakukan pendakian nanti.
Sabtu, 18 Juli 2009, saya dan keenam teman-teman terdiri dari aku, Rus, mb Cemet, Yogy, mb Upix, ms Juki, kami berangkat dari Solo sekitar pukul 15.00 WIB menaiki bis Langsung Jaya. Perjalanan kurang lebih satu setengah jam. Waktu menunjukkan 16.30 ketika sampai diterminal Tawangmangu. Kami pun menyempatkan diri untuk belanja sayuran untuk bekal di puncak. Karena sudah terlalu sore, kami mencarter mobil menuju Cemoro Kandang yang berjarak 9,5 km. Career diletakkan diatap mobil, diikat agar tidak jatuh ke jalan. Sampai di Gerbang Cemoro Kandang, kami segera menuju masjid untuk melaksanakan sholat Ashar sekaligus mengisi air ke dalam jerigen untuk bekal perjalanan. Disana kami banyak menemukan teman-teman yang sedang beristirahat selepas melakukan pendakian ataupun orang-orang yang sedang mengecek perbekalannya yang baru akan melakukan pendakian. Mulai dari kalangan MAPALA universitas lain, Bapak-bapak pencinta alam, juga anak–anak PRAMUKA. Perutpun tak lupa kami isi dengan semangkuk soto yang dijual di dekat basecamp. Lumayan untuk menghangatkan badan ditengah udara dingin Gunung Lawu. Sekitar pukul 17.30 WIB kami melakukan pendakian. Tapi sebelumnya mendaftar dulu di pos Cemoro Kandang dengan membeli tiket seharga Rp5000/orang. Sebelum melakukan perjalanan, kami memilih salah satu untuk menjadi leader dan sweeper. Leader penunjuk jalan dan sweeper sebagai penjaga dibelakang, untuk mengecek dan memastikan tidak ada rombongan yang tertinggal. Selangkah demi selangkah kami susuri jalan yang cukup landai, walaupun terkadang ada jalan yang sulit dilalui, sehingga mengharuskan kami melangkah dengan hati-hati. Apalagi hanya mengandalkan penerangan dari head lamp dan senter yang kami bawa masing-masing ditengah gelapnya malam di Lawu. Setelah sekian lama berjalan, sampailah kami di pos 1. Nafas pun kami atur untuk melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya. Pos 2, pos 3 kami lalui. Terkadang kami menemukan para pendaki yang istirahat di pos-pos tersebut, sekedar untuk menghangatkan badan ataupun membenahi career yang set-setnya mulai kurang kenceng. Semakin malam, udara cukup menusuk-nusuk kulit, angin malam berhembus menggoyahkan semangat kami untuk meneruskan perjalanan. Tidak sedikit, kami menemukan para pendaki yang ngedrop akibat hipotermia. Perjalanan kami lanjutkan, selangkah demi selangkah, tidak secepat dan sesemangat diawal, energi kami sedikit demi sedikit mulai menurun, oksigen yang kami hirup juga semakin sedikit, karena posisi kami berada di ketinggian yang lebih tinggi.

Sekitar jam dua kurang dini hari kami sampai di pos 4. Disini, kami disuguhi pemandangan alam yang sangat mengesankan. Kami melihat lampu-lampu kota dibawah berkerlap kerlip. Dalam hati, saya tak lupa mengucap syukur, dan memberikan motivasi tersendiri bagi saya untuk bisa sampai ke puncak. Angin semakin berhembus kencang. Kami sesekali istirahat sejenak dan tak berani untuk berlama-lama istirahat. Kami sampai di pos 5 dan terus berjalan hingga sampai Sendang Drajat. Di sana kami menjumpai rombongan yang menggunakan goa untuk istirahat. Kami pun mencari tempat untuk istirahat, karena pada waktu itu menunjukkan pukul 02.30 WIB. Kami masuk ke dalam goa yang tak terlalu dalam di samping Sendang Drajat. Disana saya dan teman-teman akhirnya memutuskan untuk beristirahat, tanpa membuka dome, karena goa yang kami tempati cukup melindungi kami dari cuaca diluar maupun gangguan hewan. Kopi, susu dan mie instant menjadi menu makan malam kami. Dimasak diatas kompor lapangan. Memang benar, lapar dan letih serta udara gunung yang dingin membuat selera makan kami meningkat dari biasanya. Rasa mie yang biasanya biasa-biasa saja, di sana menjadi super lezat dan cukup menambah stamina tubuh. Dengan beralaskan SB dan matras, kami tidur, suara gigi beradu terdengar karena menggigil kedinginan.
Pukul 04.30 kami terbangun, mendengar suara adzan yang menggema. Sungguh, sangat menenangkan hati, ketika mendengar ayat-ayat Ilahi didengungkan di tempat yang tidak biasanya. Alhamdulillah, masih ada orang-orang yang ingat dengan Tuhan-Nya disaat-saat seperti ini. Tidak lengah dan kalah dengan segala gangguan, untuk melaksanakan kewajibannya. Subhanalloh. Bergegas kami sholat Shubuh, meskipun tidak semuanya tergerak hatinya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah itu, saya beserta teman-teman perempuan menyiapkan sarapan, dan yang laki-laki mengambil air di Sendang Drajat. Saat itu, lumayan ada air yang tertampung, sehingga kita bisa mencuci muka dan sikat gigi.
Karena udara diluar yang masih sangat dingin, akhirnya kami kembali masuk dalam SB, hingga melewatkan indahnya sunrise. Matahari pun sudah beranjak naik ketika kami bangun dari tidur selepas Shubuh tadi. Sedikit kecewa, namun kami masih menyisakan semangat untuk bisa sampai di puncak. Langkah kecil, kadang disertai lari-lari, kami menuju puncak Hargo Dumilah 3265 dpl, puncak tertinggi Lawu. akhirnya kami bisa menginjakkan kaki disana, setelah berlelah-lelah berjalan. Di puncak ini ada tugu dengan prasasti, dulu prasastinya bertuliskan huruf jawa kuno, sayang tugu ini sering di corat-coret sama orang-orang yang ngaku “PECINTA ALAM”.
Kami pun mengabadikan pemandangan yang jarang kami dapatkan. Sangat indah. Bendera MEPA-UNS pun berkibar di puncak Lawu. Setelah puas menikmati tiupan angin, dinginnya puncak Hargo Dumilah dan pemandangan yang mengesankan dari puncak tertinggi Lawu, kami memutuskan untuk turun melalui jalur Cemoro Kandang.


Selasa, 16 November 2010

Ga Harus Selalu Kumpul Di Rumah!

Sepertinya moment-moment kaya Idul Fitri, liburan semester, atau nie yang lagi pada ngerayain Idul Adha suatu moment yang wajib buat para perantau untuk mudik, kumpul dengan sanak keluarganya dikampung/kota halaman. Biasanya nie mahasiswa,, yang kaga boleh ngeliat kalender merah dikit aje, bawaannya dah pengen pulaaaang aja. Pa lagi lebaran.. Tapi apa kudu/harus/mesti/wajib?? Hmm, kayanya ga deh. Terlalu maksain kalo saya boleh bilang. Wong libur cuma 1 hari, ngapain pada repot-repot mudik. Pada bela-belain bolos kuliah pula.... Waduw, beraaat.....!! Klo kampungnya deket sich no problemo, tapi nie rumahnya yg pada jauh-jauh beud, butuh waktu beberapa jam untuk sampai di tujuan, belum lagi kalo bis/kereta yang ditumpangin penuh sesak bejubel ga karuan. Dah gitu banyak copet yang selalu mengintai... Oh no! Mending dikost ngerjain sesuatu yang bisa kita kerjakan. Tugas kuliah misalnya atau tidur, hheee (bukan saran yang bagus) Tapi ga ada salahnya juga buat temen-temen yang emang dah jadi ritual harus pulang kalo ada moment-moment seperti itu. Mungkin dikampung, lebih dibutuhkan buat bersihin jeroan daging korban, heeee...